LK - Beberapa waktu lalu Indomiliter.com pernah mengulas Sapta Pangrungu, yakni fire finder alias pelacak lokasi datangnya tembakan artileri lewat teknologi rambatan suara. Ditangan Dislitbangad dan Laboratorim Sistem Kendali & Komputer Institut Teknologi Bandung (ITB), Sapta Pangrungu dipasang pada platform rantis intai buggy Komodo KIT 250AT. Dan hampir serupa dengan Sapta Pangrungu, TNI AL lewat Dislitbangal juga merilis apa yang disebut Gun Fire Locator.
Dilengkapi dengan beberapa antena microstrip, konsol sensor dipasang pada tripod. Dalam spesifikasinya, Gun Fire Locator portable ini digadang untuk mampu menentukan arah dan jarak datangnya tembakan. Dengan kemampuannya, Gun Fire Locator dapat ditempatkan pada suatu obyek vital, seperti wilayah perbatasan yang rawan. Semisal muncul tembakan (tanpa peredam), maka dapat dianalisa arah datangnya proyektil.
Gun Fire Locator terdiri dari dua jenis sensor, yaitu sensor berbasis frekuensi radio dan sensor ultrasonik. Sensor dengan frekuensi radio berjalan pada rentang frekuensi 10,4 Ghz dengan lebar pita 40 Mhz. Power yang dibutuhkan pada sensor radio ini adalah 1 Watt CW. Sementara sensor ultrasonik mengadopsi microphone ultrasonic. Dengan microphone yang ditebar mirip kaki laba-laba, Gun Fire Locator dapat mendeteksi dari sudut 360 derajat.
Tentang jarak jangkau deteksi, maksimal jarak deteksi tembakan dari jarak 750 meter. Sementara jarak minimal deteksi adalah 25 meter. Beragam jenis proyektil dapat dianalisa oleh sistem ini, dengan minimal deteksi pada proyektil ukuran 5 mm. Akurasi sudut yang bisa dicapai pada prototipe ini adalah 8 derajat dan akurasi jarak sampai 30 meter.
Disokong input power 12 volt DC/220 Watt, paket Gun Fire Locator berikut sistem monitor dapat diringkas dengan bobot 10 kg.
[Sumber: indomiliter]
0 Comments: